Grafik menunjukkan kenaikan yang sempurna. Garis hijau vertikal semakin curam setiap menitnya. Itu adalah terobosan yang diimpikan setiap pedagang. Saham dengan harga terendah, didorong oleh lonjakan berita tak terduga, sedang naik tajam.
Bagi seorang pedagang, duduk di pinggir lapangan terasa sangat menyiksa. Telapak tangannya berkeringat. Jantungnya berdebar kencang di tulang rusuknya. Setiap detak jantungnya yang naik adalah olok-olok atas ketidakaktifannya. Suara di kepalanya, yang dulu berbisik, kini menjadi raungan yang memekakkan telinga. Masuk sekarang. Masuk sebelum terlambat. Semua disiplin menguap.
Rencana perdagangannya yang disusun dengan cermat, hasil analisis selama berminggu-minggu, terlupakan. Ia mengejar harga. Ia membeli pada harga tertinggi, tepat ketika gelombang pertama aksi ambil untung dimulai. Garis hijau goyah, berubah menjadi merah, lalu anjlok. Ia terjebak.
Skenario ini bukan fiksi. Ini adalah kenyataan yang dialami banyak trader yang menjadi korban rasa takut ketinggalan, atau FOMO. FOMO adalah respons emosional yang kuat yang menghambat pengambilan keputusan rasional, seringkali mengubah trader yang disiplin menjadi impulsif. FOMO lebih dari sekadar rasa penyesalan sesaat.
Dalam dunia perdagangan, hal itu merupakan ancaman diam-diam terhadap disiplin perdagangan, manajemen risiko, dan kesuksesan jangka panjang.
Apa sebenarnya FOMO dalam perdagangan?
Takut ketinggalan adalah kecemasan yang menyebar luas yang berasal dari keyakinan bahwa orang lain mungkin memiliki pengalaman berharga yang tidak kita rasakan. Di pasar keuangan, hal ini diterjemahkan menjadi dorongan yang kuat untuk mengambil posisi ketika harga instrumen keuangan naik atau turun dengan cepat.
Dalam kasus seperti itu, pedagang bertindak reaktif alih-alih mengikuti strategi yang telah ditentukan sebelumnya. Mereka bereaksi terhadap pergerakan pasar, didorong oleh rasa takut kehilangan peluang keuntungan yang signifikan.
Reaksi ini pada dasarnya emosional, bukan analitis. Reaksi ini memprioritaskan rasa sakit yang langsung dan dibayangkan akibat kehilangan perdagangan, alih-alih keyakinan statistik jangka panjang yang diberikan oleh rencana perdagangan. Seorang trader yang bertindak berdasarkan FOMO tidak sedang menilai risiko atau imbalan—mereka berusaha meredakan kecemasan internal alih-alih membuat keputusan yang diperhitungkan. Inilah mengapa reaksi ini sangat merusak. Reaksi ini mengabaikan semua mekanisme perlindungan yang dibangun oleh seorang trader yang serius.
Karakteristik utama perdagangan yang didorong oleh FOMO meliputi:
- Memasuki perdagangan setelah pergerakan harga yang signifikan telah terjadi.
- Berdagang tanpa rencana awal untuk masuk, stop-loss, atau target keuntungan.
- Merasa cemas atau gembira yang hebat sebelum memasuki suatu posisi.
- Membuat keputusan perdagangan berdasarkan obrolan media sosial, berita utama, atau mengamati keberhasilan pedagang lain.
- Meningkatkan ukuran posisi melampaui parameter risiko normal.
Memahami impuls ini adalah langkah pertama untuk mengendalikannya. Menyadari bahwa keputusan untuk berdagang lebih didorong oleh emosi daripada strategi, memungkinkan seorang pedagang untuk berhenti sejenak dan kembali menggunakan pikiran analitisnya. Seorang pedagang yang disiplin mengikuti rencana; seorang pedagang yang didorong oleh rasa takut ketinggalan (FOMO) bereaksi terhadap suatu perasaan.
Psikologi di balik kepanikan: Mengapa pedagang mengalami FOMO?
Otak manusia tidak secara alami dirancang untuk perdagangan yang sukses. Otak manusia dirancang untuk bertahan hidup. Ribuan tahun evolusi telah membekali kita dengan jalan pintas kognitif dan respons emosional yang bermanfaat di alam liar, tetapi seringkali kontraproduktif di pasar keuangan. FOMO adalah akibat langsung dari pemicu psikologis kuno ini.
Salah satu pendorong utamanya adalah bukti sosial. Ini adalah kecenderungan untuk menganggap tindakan orang lain mencerminkan perilaku yang tepat dalam situasi tertentu. Ketika seorang trader melihat saham melonjak dan membaca banyak postingan tentang potensinya, otak mereka menafsirkan tindakan kolektif ini sebagai sinyal keamanan dan peluang. Mereka secara tidak sadar berpikir, "Orang banyak pasti tahu sesuatu."
Perilaku berkelompok ini, sebagaimana dicatat dalam teks-teks klasik tentang psikologi pasar seperti "The Crowd: A Study of the Popular Mind" karya Gustave Le Bon, dapat menyebabkan gelembung spekulatif dan kehancuran pasar berikutnya. Pedagang individu merasakan tekanan yang sangat besar untuk menyesuaikan diri dengan perilaku kelompok, meskipun bertentangan dengan analisis mereka sendiri.
Kekuatan lain yang kuat adalah keengganan terhadap penyesalan. Penelitian dalam ekonomi perilaku, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Daniel Kahneman dan Amos Tversky, menunjukkan bahwa orang merasakan sakitnya kehilangan sekitar dua kali lebih intens daripada kesenangan atas perolehan yang setara.
Penyesalan yang diantisipasi karena kehilangan perdagangan yang berpotensi menguntungkan bisa terasa lebih menyakitkan daripada kerugian finansial yang sebenarnya akibat perdagangan yang buruk. Asimetri ini mendorong para pedagang untuk mengambil risiko yang tidak semestinya. Mereka memasuki perdagangan yang meragukan bukan karena peluangnya bagus, tetapi karena mereka berusaha menghindari potensi rasa sakit emosional karena kehilangannya.
Bias-bias ini merupakan bagian dari arsitektur kognitif kita. Bias-bias ini bukanlah tanda kelemahan pribadi. Mengakui keberadaannya sangatlah penting. Trader profesional tidak menghilangkan perasaan-perasaan ini. Mereka belajar mengenalinya dan membangun sistem untuk mencegahnya memengaruhi tindakan mereka.
Di sinilah rencana perdagangan tertulis menjadi sangat penting, bertindak sebagai konstitusi yang mengatur perilaku ketika emosi memuncak. Mengembangkan rencana perdagangan tertulis bukanlah pilihan. Ini merupakan komponen kunci dari disiplin perdagangan yang berkelanjutan , sebagaimana dijelaskan dalam Panduan Utama untuk Membuat Rencana Perdagangan Tertulis Anda .
Apakah Anda membiarkan FOMO mendikte perdagangan Anda?
Kesadaran diri adalah penawar bagi perdagangan emosional. Seorang pedagang harus mempelajari perilakunya sendiri, mengidentifikasi pemicu dan pola pribadi yang mengarah pada keputusan impulsif. Tanda-tanda pengaruh FOMO seringkali terlihat jelas setelah direnungkan kembali, tetapi tujuannya adalah untuk mendeteksinya secara langsung.
Gejala utamanya adalah penyimpangan dari proses trading yang konsisten. Trader dengan rencana yang matang tahu apa yang mereka cari. Mereka memiliki kriteria spesifik untuk menentukan pengaturan trading yang valid. Trading FOMO mengabaikan kriteria ini. Entri didasarkan pada pergerakan harga atau momentum, bukan pada pola atau sinyal yang terkonfirmasi. Jika seorang trader mendapati dirinya berpikir, "Saya harus masuk sekarang," itu pertanda emosi telah menguasai dirinya.
Tanda lainnya adalah fokus yang tidak biasa pada hasil dari satu perdagangan. Seorang trader profesional berpikir dalam konteks probabilitas atas serangkaian perdagangan. Mereka tahu bahwa setiap perdagangan bisa merugi, bahkan dengan pengaturan yang sempurna. Sebaliknya, seorang trader yang didorong oleh FOMO (Kekhawatiran akan Ketertinggalan), menjadi terpaku pada satu peluang tertentu sebagai "satu-satunya". Pola pikir kelangkaan ini menciptakan tekanan yang sangat besar dan menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk. Pola destruktif dari overtrading merupakan konsekuensi langsung dari pola pikir ini, sebuah topik yang membutuhkan introspeksi mendalam seperti yang dibahas dalam buku "Apakah Anda Overtrading? 5 Tanda Emosi Anda yang Mengendalikan".
Mengamati keadaan fisik dan emosional Anda sendiri memberikan petunjuk lebih lanjut.
- Apakah Anda memperhatikan setiap pergerakan harga?
- Apakah Anda merasakan urgensi, putus asa atau euforia?
- Apakah napas Anda pendek? Apakah detak jantung Anda tinggi?
- Apakah Anda merasionalisasi perdagangan, membuat alasan mengapa kali ini berbeda?
Ini semua adalah sinyal biologis yang mengaktifkan sistem saraf simpatik, mekanisme "lawan atau lari" tubuh. Kondisi ini bukanlah kondisi optimal untuk membuat keputusan analitis yang kompleks. Mencatat perasaan-perasaan ini dan pemicunya dalam jurnal merupakan praktik yang vital. Hal ini mengubah perasaan abstrak menjadi titik data konkret, sebuah proses yang dijelaskan dalam The Trader's Journal: Cara Melacak Emosi dan Mengidentifikasi Pemicu FOMO Anda.
Bagaimana media sosial memicu perdagangan FOMO?
Maraknya media sosial telah menambah pemicu kuat bagi rasa takut ketinggalan (FOMO) dalam trading. Platform seperti X (sebelumnya Twitter), Reddit, dan Telegram menciptakan lingkungan informasi berkecepatan tinggi yang dirancang sempurna untuk memicu respons emosional. Para trader dibombardir dengan aliran informasi "saham laris" yang konstan, tangkapan layar keuntungan besar (tanpa kerugian yang jelas terlihat), dan prediksi yang meyakinkan.
Lingkungan ini memangsa kebutuhan psikologis akan bukti sosial. Ketika seorang pedagang melihat ribuan orang daring merayakan kenaikan harga saham, hal itu menciptakan ilusi konsensus dan kepastian yang kuat. "Informasi" ini bukanlah pengganti uji tuntas yang sesungguhnya. Informasi ini seringkali merupakan kebisingan pasar, yang dirancang untuk menghasilkan keterlibatan atau, dalam beberapa kasus, memengaruhi sentimen pasar. Studi akademis telah mulai mengeksplorasi fenomena ini, dengan penelitian dari lembaga seperti MIT yang menunjukkan adanya korelasi antara aktivitas media sosial dan volatilitas pasar jangka pendek.
Sifat media sosial yang terkurasi memperburuk masalah ini. Orang-orang cenderung membagikan kesuksesan mereka. Hal ini menciptakan persepsi realitas yang terdistorsi di mana seolah-olah semua orang menghasilkan uang dengan mudah. Hal ini memperkuat perasaan tidak mampu dan rasa takut tertinggal. Seorang trader yang menelusuri linimasanya melihat parade pemenang yang tak berujung, membuat pendekatan disiplin dan sabar mereka sendiri terasa lambat dan tidak efektif. Paparan terus-menerus terhadap kisah sukses yang dikurasi ini merupakan serangan langsung terhadap ketahanan emosional seorang trader.
Untuk mengatasi hal ini, seorang trader harus mengelola lingkungan informasinya dengan cermat sebagaimana ia mengelola perdagangannya. Ini berarti secara sadar membatasi paparan terhadap obrolan spekulatif di media sosial dan memprioritaskan sumber informasi yang kredibel dan berbasis data. Membangun Pola Informasi yang Efektif: Cara Menyaring Kebisingan Pasar dan Menghindari Hype bukan lagi sebuah kemewahan. Ini merupakan bagian fundamental dari manajemen risiko di dunia trading modern.
Apa itu perdagangan balas dendam, dan bagaimana kaitannya dengan FOMO?
Perdagangan balas dendam adalah sepupu destruktif dari FOMO. Jika FOMO adalah rasa takut kehilangan keuntungan, perdagangan balas dendam adalah upaya impulsif untuk memulihkan kerugian. Keduanya saling terkait erat dan seringkali terjadi dalam lingkaran setan. Seorang trader mungkin memasuki posisi berdasarkan FOMO, membeli saat harga tertinggi, lalu mengalami kerugian cepat saat harga berbalik. Kepanikan awal karena kehilangan keuntungan kini tergantikan oleh kemarahan dan frustrasi karena melakukan kesalahan dan kehilangan uang.
Keadaan emosional ini memicu dorongan reaktif yang langsung untuk "mengambilnya kembali" dari pasar. Trader mengabaikan rencana mereka sepenuhnya dan beralih ke perdagangan lain, seringkali dengan ukuran posisi yang lebih besar, berharap mendapatkan kemenangan cepat untuk menghapus kerugian sebelumnya. Ini adalah perdagangan balas dendam, bukan analisis. Ini murni reaksi emosional. Pasar bukanlah musuh pribadi. Pasar tidak mengenal Anda, dan tidak bereaksi terhadap hasil individu. Melihat pasar melalui sudut pandang emosional dapat menyebabkan perilaku impulsif dan pengendalian risiko yang buruk.
Siklus ini dapat merugikan secara finansial dan psikologis. Kerugian kecil dari perdagangan FOMO dapat meningkat menjadi kerugian besar melalui serangkaian perdagangan balas dendam. Trader tidak lagi memperdagangkan strategi mereka. Mereka memperdagangkan emosi mereka. Setiap kerugian berikutnya memperdalam luka emosional, meningkatkan kemungkinan keputusan impulsif lebih lanjut.
Beginilah cara akun trading bisa mengalami kerugian signifikan dalam waktu singkat. Memahami mekanisme spiral emosional ini sangat penting bagi setiap trader yang pernah merasakan sengatan kerugian besar, sebagaimana dibahas dalam Anatomy of a Revenge Trade : The Destructive Cousin of FOMO. Memutus siklus ini membutuhkan komitmen yang tak tergoyahkan terhadap aturan, terutama penggunaan stop-loss.
Apa alat yang paling efektif melawan FOMO?
Satu-satunya alat paling efektif melawan pengambilan keputusan emosional adalah rencana perdagangan yang tertulis, terperinci, dan tidak dapat dinegosiasikan. Rencana perdagangan adalah rencana bisnis pribadi seorang pedagang. Rencana ini menguraikan apa yang akan diperdagangkan, kapan akan diperdagangkan, dan bagaimana cara perdagangannya. Rencana ini mendefinisikan kondisi pasar spesifik, sinyal teknis, dan parameter risiko untuk setiap posisi.
Ketika pasar bergerak cepat dan tekanan untuk bertindak sangat besar, seorang trader tanpa rencana akan terombang-ambing dalam lautan emosi. Keputusan mereka akan reaktif dan impulsif. Seorang trader dengan rencana memiliki jangkar. Mereka memiliki seperangkat aturan yang jelas untuk dijadikan acuan. Pertanyaannya bukan lagi "Haruskah saya masuk?" Pertanyaannya menjadi "Apakah aksi pasar ini memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam rencana saya?"
Pergeseran perspektif sederhana ini memindahkan keputusan dari bagian emosional otak ke bagian analitis. Hal ini mengeksternalisasi aturan, menciptakan penyangga antara impuls trader dan tindakan mereka. Rencana yang komprehensif harus mencakup:
- “Mengapa” : Tujuan dan motivasi pribadi pedagang.
- Pemilihan Aset : Pasar atau instrumen spesifik yang akan diperdagangkan.
- Kriteria Penyiapan : Kondisi teknis dan fundamental yang harus dipenuhi sebelum perdagangan dipertimbangkan.
- Pemicu Masuk : Peristiwa tepat yang menandakan waktu untuk memasuki perdagangan.
- Aturan Manajemen Risiko : Ukuran posisi untuk setiap perdagangan dan penempatan yang tepat dari perintah stop-loss.
- Aturan Manajemen Perdagangan : Bagaimana perdagangan akan dikelola jika bergerak sesuai keinginan pedagang, termasuk target keuntungan.
Rencana ini bukanlah pedoman — melainkan komitmen pribadi yang dibuat oleh seorang trader untuk melindungi modal dan menjaga disiplin. Proses penyusunan dokumen ini memaksa seorang trader untuk memikirkan setiap aspek strategi mereka dengan tenang dan objektif. Inilah pekerjaan yang membedakan amatir dari profesional. Pentingnya dokumen ini dijelaskan secara rinci dalam Panduan Utama untuk Membuat Rencana Trading Tertulis Anda.
Bagaimana seorang pedagang dapat secara sistematis mengalahkan FOMO?
Mengalahkan FOMO bukanlah tentang menemukan indikator ajaib atau menghilangkan rasa takut. Melainkan tentang membangun sistem disiplin dan kebiasaan yang secara kolektif membuat FOMO tidak efektif dalam memengaruhi perilaku trading. Ini adalah proses sistematis untuk membangun benteng logika dan proses di balik keputusan trading Anda. Hal ini membutuhkan pendekatan multi-aspek.
Pertama, kepatuhan teguh pada rencana perdagangan. Rencana tersebut adalah cetak birunya. Eksekusi harus mengikutinya tanpa penyimpangan. Ini mencakup alat manajemen risiko yang paling penting: stop-loss. Stop-loss adalah titik keluar yang telah ditentukan sebelumnya untuk perdagangan yang merugi. Stop-loss adalah pertahanan pamungkas terhadap satu keputusan buruk yang dapat menjadi kemunduran besar.
Menempatkan stop-loss segera setelah memasuki perdagangan adalah tindakan disiplin yang tidak bisa dinegosiasikan. Ini merupakan pengakuan bahwa tidak semua perdagangan akan berhasil dan komitmen untuk menjaga modal. Hal ini, sebagaimana dijelaskan dalam Stop-Losses : Kontrak Anda yang Tidak Bisa Dinegosiasikan dengan Pasar, merupakan perjanjian yang mengikat dengan diri sendiri.
Kedua, penerapan rutinitas terstruktur. Trader profesional tidak hanya datang dan langsung menekan tombol. Mereka memiliki rutinitas pra-trading untuk mempersiapkan pikiran mereka menghadapi sesi trading. Ini bisa meliputi peninjauan rencana trading, analisis level-level kunci pasar, dan bahkan latihan mindfulness untuk mencapai kondisi tenang dan fokus.
Rutinitas menciptakan konsistensi dan disiplin profesional , mengurangi kerentanan terhadap keputusan impulsif yang didorong oleh pasar yang bergerak cepat. Kerangka kerja untuk membangun kebiasaan seperti itu adalah pertahanan yang praktis dan kuat, seperti yang ditunjukkan dalam Rutinitas Pra-Perdagangan : Kerangka Kerja Praktis untuk Eksekusi yang Disiplin.
Ketiga, praktik pencatatan jurnal yang cermat. Setiap transaksi, baik menang maupun kalah, harus didokumentasikan. Jurnal tersebut tidak hanya harus mencatat detail teknis transaksi, tetapi juga kondisi emosional trader sebelum, selama, dan sesudahnya. Mengapa transaksi tersebut dilakukan? Apakah itu bagian dari rencana? Apakah ada perasaan takut, serakah, atau tidak sabar?
Seiring waktu, jurnal ini menjadi basis data yang sangat berharga tentang pola psikologis pribadi seorang trader. Jurnal ini membuat hal yang tak terlihat menjadi terlihat, membantu trader mengidentifikasi pemicu FOMO spesifik mereka sehingga dapat diatasi. Disiplin menulis jurnal merupakan landasan pengembangan profesional, sebuah proses yang diuraikan dalam The Trader's Journal : Cara Melacak Emosi dan Mengidentifikasi Pemicu FOMO Anda.
Bagaimana seorang pedagang beralih dari pola pikir kelangkaan ke pola pikir yang berkelimpahan?
Pada dasarnya, FOMO adalah produk dari pola pikir kelangkaan. Ini adalah keyakinan bahwa peluang itu langka dan cepat berlalu. Jika seorang trader melewatkan satu langkah ini, mungkin tidak akan ada langkah berikutnya. Ini sama sekali tidak benar. Pasar adalah sungai peluang yang tak berujung. Akan ada peluang lain besok, lusa, dan lusa.
Memupuk pola pikir berkelimpahan sangat penting untuk kesuksesan jangka panjang. Ini melibatkan perubahan perspektif yang fundamental. Tugas seorang trader bukanlah menangkap setiap pergerakan pasar. Tugas mereka adalah menunggu dengan sabar pengaturan spesifik yang sesuai dengan kriteria dalam rencana trading mereka—yang memberikan keunggulan statistik yang terukur.
Pasar bukanlah kasino di mana setiap putaran harus dimainkan. Pasar adalah permainan probabilitas di mana pemain yang disiplin menunggu meja yang menguntungkan. Konsep Kesabaran dan Probabilitas: Berpikir Seperti Kasino , Bukan Penjudi adalah model mental yang digunakan oleh para pedagang terbaik dunia.
Pergeseran ini didukung oleh praktik-praktik seperti mindfulness. Mindfulness adalah praktik memperhatikan momen saat ini tanpa menghakimi. Bagi seorang trader, ini berarti mengamati pergerakan pasar dan respons emosionalnya sendiri tanpa dikendalikan olehnya. Alih-alih diliputi kepanikan akibat kenaikan harga, seorang trader yang mindfulness dapat mengamati perasaan tersebut, mengenalinya sebagai FOMO, dan kemudian secara sadar memilih untuk tetap berpegang pada rencana mereka.
Teknik-teknik seperti pernapasan terfokus dapat menurunkan respons stres fisiologis, sehingga pikiran rasional tetap terkendali. "Mindfulness for Traders : Techniques to Stay Calm Under Pressure" ini merupakan alat praktis yang meningkatkan kejernihan, ketenangan, dan kualitas keputusan dalam lingkungan pasar yang penuh tantangan.
Apa itu JOMO, dan bagaimana cara meningkatkan kinerja perdagangan?
Evolusi utama bagi seorang trader yang melampaui FOMO adalah merangkul JOMO: Joy of Missing Out. Ini bukan sekadar menerima peluang yang terlewat secara pasif. Ini adalah perasaan kepuasan yang aktif dan positif yang muncul dari disiplin. Ini adalah sukacita karena tetap berpegang pada rencana.
Seorang trader yang mengalami JOMO merasa bangga ketika menyaksikan pergerakan pasar yang liar dan volatil tanpa mereka. Mereka menyadari bahwa pengaturan tersebut tidak memenuhi kriteria mereka, dan dengan tidak berpartisipasi, mereka melindungi modal dan menjaga keselarasan dengan strategi mereka. Mereka tidak berfokus pada keuntungan hipotetis yang mereka lewatkan. Mereka berfokus pada risiko aktual yang berhasil mereka hindari. Pola pikir ini mencerminkan profesionalisme dan kedewasaan dalam perilaku trading.
Mencapai pola pikir ini berarti seorang trader telah sepenuhnya memahami keunggulan mereka. Mereka tahu bahwa profitabilitas jangka panjang mereka bukan berasal dari mengejar pergerakan acak, melainkan dari penerapan strategi yang terdefinisi dengan baik secara konsisten. Kehilangan posisi yang tidak sesuai rencana bukanlah kegagalan. Melainkan sebuah kesuksesan. Ini adalah kemenangan disiplin atas impuls. Memupuk pola pikir ini, seperti yang dibahas dalam " Dari FOMO ke JOMO: Menumbuhkan Pola Pikir "Kegembiraan karena Kehilangan ", secara fundamental mengubah hubungan seorang trader dengan pasar.
Kegembiraan ini adalah hadiah atas semua kerja keras: perencanaan, pencatatan jurnal, disiplin, dan kesabaran. Kegembiraan ini adalah keyakinan diri yang tenang dari seorang profesional yang tahu bahwa kesuksesan mereka tidak ditentukan oleh satu perdagangan saja, melainkan oleh integritas proses mereka dalam jangka panjang. FOMO bersifat reaktif, impulsif, dan sarat emosi. JOMO bersifat terencana, percaya diri, dan strategis. Bagi trader yang mencari kesuksesan berkelanjutan, jalan ke depan terletak pada pengurangan reaktivitas emosional dan pengembangan disiplin yang penuh kesadaran.
Kata Terakhir yang Berisiko
Perdagangan instrumen keuangan seperti valas, komoditas, indeks, atau mata uang kripto melibatkan risiko tinggi dan mungkin tidak cocok untuk semua investor. Leverage dapat memperbesar keuntungan dan kerugian, dan terdapat kemungkinan kehilangan seluruh modal yang diinvestasikan. Kinerja masa lalu tidak menjamin hasil di masa mendatang, dan tidak ada strategi, rencana, atau sistem perdagangan yang dapat menjamin keuntungan atau menghilangkan kerugian. Trader sebaiknya hanya berdagang dengan dana yang mereka mampu untuk kehilangan dan sangat dianjurkan untuk memahami semua risiko terkait sebelum berpartisipasi di pasar. Jika diperlukan, konsultasikan dengan penasihat keuangan atau profesional independen.
